Pada
artikel kali ini saya akan mencoba untuk menganalisis permasalahan sosial di
Indonesia yang berkaitan dengan kemiskinan. Jika dihubungkan kemiskinan tidak
terlepas dari masalah-masalah sosial lainnya seperti kebodohan, kejahatan, dan
pengangguran. Permasalahan sosial tersebut seperti suatu kesatuan yang tidak
terlepas dari satu dengan yang lain. Menurut Soekanto kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan
dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf
kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun
fisiknya dalam kelompok tersebut. Seperti
yang kita ketahui di Indonesia masih terdapat banyak sekali warga miskin yang
taraf hidupnya sangat rendah.
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa
hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.
Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para akademisi
maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun terus menerus
dikembangkan untuk menyibak tirai dan mungkin “misteri” mengenai kemiskinan
ini.
Dikutip dari “TRIBUNJOGJA.COM
- Kabar kurang menyedapkan diperoleh dari survey terkini yang dilansir Bloomberg
News Survey pada hari Senin (2/3/2015) kemarin. Berdasarkan survey proyeksi
Misery Index 2015 tersebut, Bloomberg menempatkan Indonesia berada dalam
kategori 15 negara yang diproyeksi akan menjadi negara paling sengsara di dunia
dalam hal perekonomiannya.
Bersama
Indonesia, di posisi pertama ada Venezuela, diikuti Argentina, kemudian
berturut-turut ada Afrika Selatan, Ukraina, Yunani, Spanyol, Rusia, Kroasia,
Turki, Portugal, Italia, Kolombia, Brasil, Slovakia serta di urutan 15 ada
Indonesia.
Adapun
Misery Index atau indeks kesengsaraan ini merupakan indikator perekonomian yang
kali pertama diciptakan oleh ekonom Arthur Okun. Dia menemukan bahwa
kesengsaraan perekonomian akan muncul seiring dengan meningkatkan angka
pengangguran dan tingkat inflasi. Jika kedua hal ini meningkat, maka akan
menimbulkan biaya ekonomi dan sosial yang lebih tinggi di sebuah negara.
Dampaknya, hal ini secara langsung akan menurunkan daya beli masyarakat yang
pada akhirnya juga akan meningkatkan kesengsaraan rakyat.”
Dari
berita tersebut dapat kita simpulkan bahwa Indonesia masih sangat tinggi
tingkat kemiskinannya. Majalah bisnis ternama AS, Global Finance, baru saja
merilis peringkat 182 negara di dunia berdasarkan tingkat produk domestik bruto
(PDB) per kapita. Dari negara yang paling miskin hingga negara yang paling kaya
sejagat. Metode yang digunakan untuk menentukan kekayaan negara adalah
membandingkan standar hidup penduduk satu negara secara keseluruh dengan
menggunakan produk domestik bruto (PDB) per kapita yang didasarkan pada paritas
atau keseimbangan daya beli secara internasional. Ini mengukur standar hidup
antar negara dengan menggunakan indikator biaya hidup relatif, inflasi, serta
nilai tukar suatu negara yang dikonversi ke mata uang bersama (dolar
internasional atau dolar AS). Negara terkaya diduduki oleh Qatar dan termiskin
adalah Republik Kongo. Lalu dimanakah letak Indonesia? Berdasarkan data ranking
182 negara tersebut, Indonesia berada di urutan ke 122 dengan PDB per kapita
US$4.380 atau Rp39,4 juta per tahun. Indonesia dikenal sebagai negara yang
memiliki kekayaan sumber alam melimpah, mulai dari perkebunan, pertambangan,
serta energi. Namun, negara ini memiliki populasi cukup besar, lebih dari 230
juta jiwa.
Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya msalah
kemiskinan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya
tingkat pendidikan
2. Kurangnya kreativitas individu
2. Kurangnya kreativitas individu
3. Tingkat
kelahiran yang tinggi
4. Pengaruh lingkungan
hidup atau tempat tinggalnya
5. Keturunan
5. Keturunan
Hal-hal lain yang tampak nyata menyebabkan kemiskinan
banyak terjadi di kota-kota besar yaitu antara lain arus urbanisasi. Banyak
para urban dari desa datang ke kota, kebanyakan dari mereka bertujuan mencari
pekerjaan. Namun banyak juga dari mereka gagal mendapatkan pekerjaan, karena
mereka tidak memiliki keahlian atau keterampilan tertentu untuk bekerja di
kota.Dan juga mereka tidak mempunyai sanak famili yang tinggal di kota.
Sehingga hidupnya terkatung-katung tidak menentu, dan merekapun hidup di tempat
yang tidak layak dihuni. Dan menyebabkan tingkat kemiskinan di kota meningkat,
karena mereka tidak memiliki penghasilan dan tidak dapat memenuhi segala
kebutuhannya. Sadar bahwa isu kemiskinan merupakan masalah sosial
yang senantiasa aktual, pengkajian konsep kemiskinan merupakan upaya positif
guna menghasilkan pendekatan dan strategi yang tepat dalam menanggulangi
masalah krusial yang dihadapi Bangsa Indonesia dewasa ini.
Untuk mengatasi masalah kemiskinan, sebenarnya
pemerintah telah berusaha mengentaskan kemiskinan yang senantiasa terjadi,
khususnya di Indonesia yang termasuk negara berkembang. Namun masalah ini tak
kunjung usai, masih saja melanda sebagian besar masyarakat. Entah karena faktor
masyarakat atau individunya atau pemerintahnya. Namun sejauh penulis ketahui,
kedua faktor tersebut saling mempengaruhi. Masyarakat yang etos kerja dan
kemauan untuk lebih majunya rendah bahkan tidak ada, kebanyakan mempunyai sifat
pemalas dan hanya mau terima jadi tanpa mau berusaha. Untuk mengatasi masalah
ini, seharusnya pemerintah dan masyarakat saling bekerja sama. Pemerintah
jangan hanya memberi bantuan berupa uang tunai atau bahan makanan saja. Namun
juga memberi pengarahan dan pembekalan atau ketrampilan tertentu untuk
masyarakat miskin, agar dapat memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk bekerja
tanpa dipungut biaya. Sehingga mampu bekerja dan menghidupi keluarga tanpa
menggantungkan hidupnya pada pemerintah. Untuk masyarakat sendiri diharapkan
mampu melaksanakan program tersebut dengan sungguh-sungguh dan meningkatkan
etos kerja. Sehingga tujuan utama dari program pengentasan kemiskinan yang
sudah lama melanda sebagian masyarakat dapat teratasi. Dan masalah kemiskinan
akan dapat berkurang bahkan hilang sama sekali.
Daftar Pustaka :
No comments:
Post a Comment