Pages

Thursday, November 27, 2014

Pengantar Bisnis : Profil Pengusaha Sukses "Ayam Bakar Wong Solo"



Sejarah Ayam Bakar Wong Solo Puspo Wardoyo


Biografi Puspo Wardoyo :

Nama : Puspo Wardoyo
Lahir :  Solo, 30 November 1957
Profesi : Pengusaha
Riwayat Pendidikan :
·         SDN Kenangasam Solo
·         SMP Islam Batik Solo
·         SMA Negeri 4 Solo
·         UNS Solo

Puspo Wardoyo adalah pendiri Rumah Makan “Áyam Bakar Wong Solo’’ yang sering disingkat menjadi ABWS yang merupakan rumah makan Frencais pertama asli Indonesia. Puspo Wardoyo atau yang sering dipanggil dengan Puspo lahir pada tanggal 30 November 1957 di Kota Solo, Jawa Tengah dan berasal dari keluarga pas-pasan. Sejak kecil Puspo sudah terbiasa berurusan dengan ayam. Orangtuanya adalah seorang pedagang daging ayam. Puspo yang pada saat itu masih kecil membantu menyembelih ayam pada pagi hari untuk dijual di pasar dan membantu orangtuanya menjajakan menu siap saji seperti ayam bakar, ayam goreng dan menu ayam lainnya di warung milik orangtuanya di dekat kampus UNS pada siang sampai malam hari. Orangtua Puspo ingin anaknya ada yang menjadi pegawai negeri, dan itupun akhirnya terkabul. Puspo menjadi guru bidang studi pendidikan seni di SMU Negeri I Blabak Muntilan. Namun itu tidak bertahan lama karena Puspo merasa bahwa pekerjaan itu kurang cocok dengan jiwanya, dan dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Puspo keluar dari PNS. Setelah keluar dari PNS, Puspo memilih pulang ke kampung halamannya dan membuka warung ayam goreng kaki lima di Kleco, Solo. Dalam menekuni usahanya ini, Puspo dibantu oleh 2 orang karyawan, dan usaha ini termasuk perintis atau pionir kaki lima lesehan di Solo pada tahun 1986
Terinspirasi oleh cerita pedagang bakso yang sukses mengarungi hidup di Medan. Ketika itu pria kelahiran 30 November 1957 itu tengah merintis usaha warung lesehan di Solo selepas mengundurkan diri dari pegawai negeri sipil, suatu saat pedagang bakso asal Solo tersebut bertandang ke tempat Puspo. Pedagang bakso itu bercerita peluang usaha warung makan di Medan sangat bagus. Dalam sehari ia bisa meraup keuntungan bersih di akhir tahun 1990 itu sekitar Rp 300.000. 
Dari keuntungan berjualan bakso dengan gerobak sorong itulah teman Puspo ini bisa pulang menengok kampung halamannya di Solo setiap bulan. "Dengan uang, jarak antara Solo-Medan lebih dekat dibanding Solo- Semarang," kata Puspoyo menirukan ucapan temannya. Wajar saja jika dengan pesawat terbang waktu tempuh antara Medan- Solo berganti pesawat di Jakarta hanya membutuhkan waktu 1 jam. Sementara itu naik bus maka jarak antara Solo- Semarang ditempuh sekitar empat jam.
Cerita sukses itu begitu membenak di hatinya. Seorang penjual bakso yang bisa pulang kampung tiap bulan. Ditambah si penjual bakso ini menggunakan pesawat terbang sebagai alat transportasi. "Saya bertekad bulat akan merantau ke Medan," pikirnya. Untuk mewujudkan tujuannya itu, apa boleh buat, warung makan yang termasuk perintis warung lesehan di kota pusat kebudayaan Jawa itu dijualnya kepada seorang teman.

Merantau di Medan
Uang hasil penjualan yang tak seberapa itu ia manfaatkan untuk membeli tiket bus ke Jakarta. Kenapa memilih ke Jakarta, bukannya Medan. "Karena dengan uang yang saya miliki, bekal saya belum cukup untuk merantau ke Medan, " terangnya. Di tengah perjalanan, suatu hari Puspo membaca lowongan pekerjaan sebagai guru di sebuah perguruan bernama DR Wahidin di Bagan Siapiapi, Sumatera Utara. Apa boleh buat demi mewujudkan cita- citanya sampai di Medan, ia berusaha mengumpulkan modal.
Kali ini dia kembali menjadi guru. Ini seperti pekerjaannya dulu, kala itu, Puspo Wardoyo adalah pegawai negeri dimana ia menjadi staf pengajar mata pelajaran Pendidikan Seni di SMA Negeri Muntilan, Kabupaten Magelang. "Target saya cuma dua tahun menjadi guru lagi," katanya. Di sinilah anak pasangan Sugiman Suki ini ketemu dengan isteri pertamanya Rini Purwanti yang sama-sama menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut.
Dua tahun menjadi guru ia berhasil mengumpulkan tabungan senilai Rp 2.400.000. Dengan uang tak seberapa itu dijadikannya modal untuk menaklukan kota Medan. Keinginan untuk berusaha di kota Medan semakin tak terbendung. Uang tabungan itu sebagian Puspo gunakan untuk menyewa rumah dan membeli sebuah motor Vespa butut. Sisa Rp 700.000 digunakannya sebagai modal membangun warung kaki Lima di bilangan Polonia Medan.
Ia menyewa lahan 4x4 meter persegi seharga Rp.1.000 per- meter. Ada cerita menarik ketika bisnis ini baru saja berjalan. Di warung yang masih sederhana ini, suatu hari, seorang pegawainya mengalami kesulitan. Dia terlibat utang dengan rentenir. Puspo kala itu segera membantu sang pegawai melunasi hutang. Tak disangka si pegawai itu membalas kebaikan Puspo dengan cara yang unik. Ia membawa wartawan sebuah harian lokal Medan. Si wartawan yang merupakan sahabat suami pegawai yang ditolong Puspo kemudian menuliskan profilnya.

Sebuah artikel yang berisi profil Puspo Wardoyo berjudul Sarjana Buka Ayam Bakar Wong Solo.
Artikel itu membawa rezeki bagi warungnya. Esok hari setelah artikel dimuat di koran, banyak orang yang berbondong-bondong mendatangi warung ayam milik Puspo. Siapa sangka jika dari sebuah warung kecil ini kemudian melahirkan sebuah usaha jaringan rumah makan yang cukup kondang di seantero Medan. Impian untuk menaklukkan "jarak" Solo Medan lebih dekat dibanding Solo Semarang pun menjadi kenyataan melebih impian kecilnya untuk sekedar sukses.
Ini adalah sebuah sukses besar. Dari ibu kota Sumatera Utara ini nanti Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo (Wong Solo) melejit ke pentas bisnis nasional. Belakangan ini nama Wong Solo semakin berkibarkibar setelah berhasil menaklukkan Jakarta setelah sebelumnva "mengapung" dari daerah pinggiran. Dalam waktu relatif singkat kehadiran Wong Solo telah merengsek dan menanamkan tonggak- tonggak bisnisnya di pusat kota metropolis ini.
Ekspansinya pun semakin tak tertahankan dengan memasuki berbagai kota besar di penjuru Indonesia. Melalui sistem franchise atau waralaba, dengan mudah Ayam Bakar Wong Solo dijumpai. Fenomena Wong Solo mengundang decak kagum berbagai kalangan dari pejabat pemerintah, para pelaku bisnis hingga para pengamat. Hampir semua outletnya di Jakarta selalu sesak pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari- hari libur.

Ayam Bakar Wong Solo
Skala usaha Wong Solo memang belum sekelas para konglomerat yang enteng menyebut angka aset, omset atau keuntungan per tahun yang triliunan rupiah. "usaha saya memang belum kelas triliunan seperti para konglomerat yang kaya utang itu," paparnya merendah. Kendati masih tergolong usaha menengah, namun bisa dibilang kinerja wong Solo sangat solid dan tak punya beban utang. Ia memiliki pondasi kuat untuk terus berkembang.
Untuk mewujudkan mimpinya, ayah sembilan anak dari empat orang istri ini telah melewati rute perjalanan yang berliku lengkap dengan segala tantangannya. Ada masa ketika diawal merintis usaha ketika masih Medan; ia nyaris patah semangat garagara selama berhari-hari tak pernah untung. Hanya berjualan dua atau tiga ekor ayam bakar dan nasi, terkadang dalam satu hari tak seekor pun yang laku terjual. Pernah pula seluruh dagangannya yang telah dimasak di rumah tumpah di tengah jalan karena jalanan licin sehabis hujan.

"Apa boleh buat, saya terpaksa pulang dan memasak lagi," katanya. Istrinya lah yang tak sabar melihat lambannya usaha milik Puspo bahkan sempat memberi tahu ayahnya agar mempengaruhi Puspo supaya tak berjualan ayam bakar lagi. "Mertua saya bilang, kapan kamu akan tobat," katanya menirukan ucapan sang mertua.
Pada awal perantauannya ke Medan, Puspo wardoyo, sama sekali tak menyangka jika usaha warung ayam bakar Wong Solo bisa berkembang sangat pesat. Maklum, rumah makan yang dibukanya saat itu hanyalah sebuah warung berukuran sekitar 3×4 meter di dekat bandara Polonia, Medan. Setahun pertama dia hanya mampu menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagibagi menjadi beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus sepiring nasi.
Promosi dari mulut ke mulut membuat warungnya makin terkenal dan sangat efektif. Terlebih ketika seorang wartawan daerah membuat tulisan tentang Wong Solo', makin ramai warungnya. Kisah lain, pernah suatu hari dia kewaalahan memenuhi pesanan pelanggan. Di saat itu tiga ekor ayam jualannya habis, datang pembeli lain yang bersedia menunggu asalkan Puspo mau mencari ayam batu ke pasar. Dia segera saja memenuhi permintaan pelanggan tersebut dengan membeli tiga ekor ayam lagi. Namun datang lagi pelanggan lain yang juga bersedia menunggu ia mencari ayam ke pasar lagi.

"Seharian itu, hingga larut malam saya pontang panting ke pasar untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus berdatangan," kata Puspo mengenang.
Dua tahun telah berlalu dan seorang Puspo segara memperluas warung hingga layak disebut rumah makan. Jiwa seni Wardoyo nampak tergurat pada bentuk bangunan dan penampilannya yang memang cenderung nyleneh. Dalam bentuk bangunan, misalnya, Puspo tak segan- segan mengeluarkan uang cukup besar untuk membayar seorang arsitek guna mewujudkan imajinasinya terhadap suatu bentuk bangunan.
Perpaduan seni dan entrepreneurship juga tertuang dalam pendekatan terhadap konsumen. "Saya berusaha menghafal namanama semua pelanggan saya. Sehingga sewaktu mereka datang saya harus menyambut mereka dengan menyebut namanya," paparnya. Inilah yang disebutnya sebagai "menjadikan pelanggan sebagai saudara". Seiring dengan berkembangnya Wong Solo, Puspo Wardoyo akhirnya membuka kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk ikut menikmati nilai tambah Wong Solo melalui sistem waralaba.
Untuk waralaba tersebut, dia telah membuat standarisasi rasa dan gerai (outlet). Jika seseorang membeli waralaba Wong Solo di Jakarta, dipastikan akan sama rasa dan penataan gerainya dengan Wong Solo di pusatnya, Medan atau di tempat lain. Setelah sukses membesarkan Wong Solo, harapan Puspo Wardoyo selanjutnya, dengan sungguh- sungguh dia menyahut, " Ingin terus bekerja keras, kaya raya, banyak istri, dan masuk surga." Sebuah pernyataan kontroversi namun layak diucapkan seorang Puspo Wardoyo yang unik (nyeleneh).

sumber: kisahsukses.info

Komentar :
            Berdasarkan sejarah usaha Ayam Bakar Wong Solo dari seorang Puspo Wardoyo, saya menjadi sangat terinspirasi. Keberhasilan beliau membuktikan bahwa seseorang yang bukan apa-apa bisa menjadi seseorang yang luar biasa dari modal kecil-kecilan hingga memiliki cabang dimana-mana. Tentunya keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja keras dan kemauan seseorang tersebut. Hal ini terlihat jelas dari bagaimana seorang tukang bakso dapat menjadi inspirasinya untuk mengubah hidupnya sehingga ia mau dan berusaha mencari peluang di kota Medan agar dapat menjadi seseorang yang lebih berhasil dan sukses untuk masa depannya. Meskipun di tengah jalan pasti akan selalu ada hambatan dan rintangan yang menghadang namun beliau tidak putus asa. Usaha beliau pun tidak terlepas dari kebaikan hatinya yang suka membantu sesama. Seperti saat ia berjualan ayam goreng di pinggiran kaki lima. Di usaha yang pas-pasan saat itu, ia masih berusaha membantu pegawainya yang sedang berada dalam kesusahan. Tentu saja hal seperti ini tidaklah mudah bagi seseorang yang tengah bertaruh nasib dan tidak memiliki harta yang cukup banyak. Namun beliau dengan dermawannya mau membantu pegawainya tersebut. Bantuannya pun tidak sia-sia karena pada satu hari, pegawai tersebut membawa wartawan untuk mempromosikan usaha Puspo yang masih sangat sederhana. Dari artikel yang dimuat wartawan tersebut lah usaha beliau menjadi sukses hingga saat ini dan membuka berbagai cabang dimana-mana. Cerita ini sangat menginspirasi saya sehingga saya ingin mencoba untuk berwirausaha suatu saat nanti. Meskipun banyak yang meragukan, banyak rintangan, halangan, dan kegagalan, namun kita tidak akan pernah tau jika kita tidak pernah mencobanya.

Sunday, November 16, 2014

Ilmu Budaya Dasar : Manusia dan Pandangan Hidup



A.  Pengertian Pandangan Hidup
Pandangan  hidup  itu bersifat  kodrati. Setiap  manusia pasti  memiliki pandangan  hidup untuk menentukan masa depannya. Pandangan hidup adalah pertimbangan yang dijadikan pedoman hidup seseorang. Pertimbangan tersebut merupakan hasil pemikiran yang dapat diterima oleh akal manusia berdasarkan pengalaman hidup seseorang sehingga diakui kebenarannya. Pandangan  hidup tidak timbul seketika atau  dalam  waktu yang  singkat, melainkan  melalui  proses  waktu yang lama dan  terus menerus,  sehingga hasil  pemikiran tersebut dapat diuji kenyataannya. Atas dasar ini manusia  menerima  hasil pemikiran  itu sebagai pegangan,  pedoman,  arahan,  atau petunjuk yang disebut  pandangan  hidup. Pandangan   hidup  banyak  sekali  macamnya   dan  ragamnya, akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari  3 macam  :
(A)  Pandangan hidup yang berasal dari agama  yaitu  pandangan  hidup yang mutlak kebenarannya
(B) Pandangan  hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang  terdapat  pada  negara  tersebut.
(C)  Pandangan  hidup  hasil  renungan  yaitu pandangan  hidup yang  relatif kebenarannya.

B.  Cita-cita
Menurut   kamus  umum  Bahasa  Indonesia,  yang  disebut  cita-cita  adalah  keinginan, harapan,   tujuan  yang  selalu  ada  dalam  pikiran.  Baik  keinginan,  harapan,  maupun   tujuan merupakan   apa  yang  mau  diperoleh  seseorang  pada  masa  mendatang.   Dengan demikian cita-cita  merupakan  pandangan  masa depan, pandangan  hidup yang akan datang. Pada  umumnya cita-cita merupakan merupakan  keinginan,  harapan,  dan  tujuan  manusia   yang makin  tinggi  tingkatannya. Apabila  cita-cita  itu tidak mungkin  atau belum mungkin  terpenuhi,  maka  cita-cita  itu disebut angan-angan.  Misalnya  seorang anak bercita-cita ingin  menjadi  dokter,  ia belum  sekolah, belum dapat berpikir dengan baik, belum mempunyai kemampuan untuk mencapai cita-cita. Itu baru dalam  taraf  angan-angan. Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang  sebagai ide atau cita-cita  terdapat jarak waktu.
1.      Faktor  manusia  yang mau mencapai  cita-cita  ditentukan  oleh  kualitas  manusianya. Ada orang yang tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupaka khayalan saja. Ada pula anak  yang  dengan  kemauan  keras  ingin  mencapai apa yang  di cita-citakan.
2.      Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita. Sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi  yang  merintangi  tercapainya  suatu cita-cita, 

C.  Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan  kebaikan pada hakekatnya sarna dengan perbuatan  moral, perbuatan  yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika. Manusia berbuat baik karena menurut kodratnya  manusia  itu baik. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik. Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu manusia sebagai  mahluk  pribadi, manusia  sebagai  anggota masyarakat,dan manusia sebagai  mahluk Tuhan. Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal :
1.      Faktor pembawaan yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan  hal yang diturunkan  oleh orang  tua.
2.      Faktor  kedua  yang  menentukan tingkah laku seseorang  adalah  Iingkungan. Lingkungan membentuk  jiwa seseorang meliputi  lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
3.      Faktor ketiga yang menentukan  tingkah laku seseorang  adalah pengalaman yang khas yang pemah diperoleh. Memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum   seseorang mengarnbil tindakan.

D.  Usaha/Perjuangan
Usaha/perjuangan  adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia hams kerja  keras  untuk  kelanjutan  hidupnya. Perjuangan   untuk  hidup,  dan  ini sudah  kodrat  manusia.  Tanpa  usaha/perjuangan,   manusia tidak dapat hidup sempuma.  Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus  kerja keras. Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani,  atau dengan kedua-duanya.  Kerja keras pada dasamya  menghargai dan meningkatkan  harkat dan martabat manusia. Untuk  bekerja  keras manusia  dibatasi oleh kemampuan.  Karena  kemampuan   terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kernakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan   itu  terbatas  pada  fisik dan  keahlian/ketrampilan.   Karena  manusia  itu  mempunyai   rasa  kebersamaan   dan  belas  kasihan  (cinta  kasih) antara sesama manusia. maka ketidakmampuan atau kemampuan  terbatas yang menimbulkan perbedaan   tingkat  kemakmuran   itu  dapat  diatasi  bersama-sama   secara  tolong  menolong, bergotong-royong.

E.   Keyakinan/Kepercayaan
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuaasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran naturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.
     (a)    Aliran  Naturalisme
            Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Tuhan menciptakan alarn semesta lengkap dengan hukum-hukumnya secara mutlak dikuasai Tuhan. Manusia sebagai mahluk tidak mampu menguasai alarn ini, karena manusia itu lemah. Manusia hanya dapat berusaha/berencana tetapi Tuhan yang menentukan. Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaranTuhan yaitu agarna. Ajaran agarna itu ada dua macarn yaitu :
1. Ajaran agarna dogmatis, yang disarnpaikan oleh Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agarna yang dogmatis bersifat mutlak (absolut), terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
2. Ajaran agarna dari pemuka-pemuka agarna, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif.Ajaran agarna dari pemuka-pemuka agarna termasuk kebudayaan, terdapat dalarn buku-buku agarna yang ditulis oleh pemuka-pemuka agarna. Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman.
           (b)  Aliran  intelektualisme 
      Dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan  akal. Dengan akal manusia berpikir.  Mana  yang  benar  menu rut akal  itulah  yang  baik,  walaupun  bertentangan   dengan kekuatan  hati nurani.  Manusia  yakin bahwa dengan kekuatan  pikir (akal) kebajikan  itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi.  Teknologi adalah a1at bantu mencapai kebajikan  yang  maksimal,  walaupun  mungkin  teknologi  memberi  akibat  yang  bertentangan dengan  hati nurani. 
(c)  Aliran  Gabungan
      Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. kekuatan gaib aninya  kelruatan yang berasal  dan  Tuhan,  percaya  adanya Tuhan  sebagai dasar keyakinan.  Sedangkan  aka! adalah dasar kebudayaan,   yang menentukan  benar  tidaknya  sesuato.  Segala  sesuatu  dinilai  dengan akal,  baik sebagai  logika  berpikir  maupun  sebagai  rasa (hati nurani).  Jadi,  apa yang benac menurut  logika  berpikir juga  dapat diterima  oleh hati nurani.

F.   Berpandangan Hidup yang Baik
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukaan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya. Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya rnernpunyai langkah-langkah berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan rnernpunyai langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan  baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :

(1)   Mengenal
Mengenal merupakan tahap pertarna dari setiap aktivitas hidupnya. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa sctiap manusia itu pasti rnernpunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak rnanusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu bel urn turun ke dunia. Adam dan hawalah dalam hal ini yang merupakan manusia pertama, dan berarti pula mereka rnernpunyai  pandangan hidup yang digunakan sebagai pedoman dan yang rnernberi petunjuk kepada mereka.
(2)  Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan   mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Mengerti  terhadap pandangan  hidup di sini memegang  peranan penting. Karena dengan mengerti,  ada kecenderungan   mengikuti  apa yang terdapat  dalam  pandangan  hidup  itu.
(3)  Menghayati
Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalanmya, yaitu  dengan  memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai  pandangan  hidup itu sendiri. Langkah-langkah   yang  dapat  ditempuh  dalam  rangka  menghayati  ini, menganalisa hal-hal  yang  berhubungan  dengan  pandangan  hidup,  bertanya  kepada  orang  yang  dianggap lebih tabu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan hidup itu  sendiri. Jadi dengan menghayati  pandangan hid up kita akan memperoleh  mengenai kebenaran  tentang  pandangan  hidup  itu sendiri.
 (4)  Meyakini
Meyakini merupakan  suatu hal untuk cenderung  memperoleh  suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya. Dengan  meyakini   berarti   secara  langsung   ada  penerimaan yang  ikhlas   terhadap pandangan   hidup  itu.  Adanya  sikap  menerima  secara  ikhlas  ini maka  ada  kecenderungan untuk selalu berpedoman kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindak tanduknya selalu dipengaruhi oleh pandangan hidup yang diyakininya.
(5.)    Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akherat.
(6) Mengamankan
Proses  mengamankan ini merupakan langkah terakhir. Langkah yang  terakhir  ini merupakan  langkah  terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup  itu.


 Daftar Pustaka

Nugroho,Widyo.,Achmad Muchji(1996).Ilmu BudayaDasar,Jakarta:Gunadarma.