Permasalahan
sosial di Indonesia, tentu saja tidak hanya satu atau dua masalah yang ada di
negara kita tercinta ini. Ada banyak sekali masalah-masalah sosial, satu demi
satu masalah bermunculan terlebih lagi ditambah dengan masalah lama yang belum
terpecahkan hingga tidak dapat dihitung dengan jari.
Dari
berbagai masalah yang ada, kali ini saya
akan membahas tentang kesadisan pelajar yang dilakukan oleh anak di bawah umur
lebih tepatnya kasus tentang dua orang anak SD kakak beradik yang tega membakar
temannya sendiri. Hal ini sangat memprihatinkan. Kakak beradik JS kelas 6 SD
dan RS kelas 2 SD yang bersekolah di SD Batubara, Sumatera Utara tega membakar
dua temannya sendiri. Hal ini disebabkan karena permasalahan yang sangat
sepele, yaitu karena kakak beradik ini tidak diajak main oleh temannya MJP dan
JC.
Kronologis
kejadiannya seperti dikutip di liputan6.com mengatakan bahwa pada saat itu MJP
dan JC sedang bermain adu ikan lalu kaka beradik ini datang meminta untuk ikut
bermain namun oleh MJP dan JC permintaan itu ditolak karena mereka tidak
memiliki ikan. Lalu seketika itu juga kakak beradik tersebut mengambil bensin
dan menyiramkannya ke tubuh korban dan membakarnya.
Hal
tersebut menyebabkan luka bakar hingga 50% pada tubuh MJP yang kemudian harus
dilarikan ke klinik sedangkan JC dilarikan ke RS Bhayangkara Brimob Medan. Kondisi
kedua korban ini perlahan membaik namun hingga saat ini keluarga pelaku belum
mendatangi korban untuk meminta maaf atau berdamai meski keluarga korban
membuka pintu perdamaian lebar-lebar terutama dikarenakan pelaku masih di bawah
umur.
Dari
kasus tersebut, pasti menimbulkan pertanyaan besar dan membuat orang
terheran-heran. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Anak SD yang seharusnya
masih polos dan bermain menikmati masa kecilnya ini malah melakukan tindakan
yang belum tentu dilakukan oleh semua orang dewasa. Terlebih lagi peristiwa
tersebut hanya dikarenakan permasalahan yang tidak sebanding dengan penderitaan
korban. Orang yang memiliki pikiran saja tidak sampai hati untuk melakukan hal
separah itu. Memang tidak hanya pelaku yang dapat disalahkan. Dari segi
psikologis, orang-orang dan lingkungan sekitar terutama acara di televisi juga
dapat memengaruhi terjadinya hal-hal seperti ini yang dilakukan oleh anak di
bawah umur. Bisa dikatakan orang tuanya gagal dalam mendidik anak karena tidak
mengawasi anaknya dengan baik dan menanamkan nilai-nilai moral pada kedua
anaknya tersebut.
Jika
dilihat dari umurnya, memang tidak dapat disalahkan. Bisa saja sang adik hanya
mengikuti perintah atau malah ikutan-ikutan apa yang dilakukan kakaknya. Sang kakak
bisa saja termotivasi untuk meniru apa yang pernah dilihatnya. Mungkin dari
televisi atau orang sekitar yang melakukannya terutama di keluarga lalu membuat
ia berpikir bahwa dia akan menjadi orang hebat dan keren jika dapat melakukan
hal tersebut. Ini suatu masalah yang tidak sepele. Hanya dikarenakan tersangka
di bawah umur dan tidak ada pidana hukuman penjara, anak-anak seperti ini bisa
saja tetap melakukan hal tersebut setelah beranjak dewasa nanti. Anak seumuran
mereka seharusya masih bermain dengan polos-polosnya bukan membakar temannya
sendiri. Anak di bawah umur seperti teko. Apa yang diisi itulah yang
dikeluarkan. Jika orang tuanya menanamkan nilai-nilai moral dan perilaku yang
baik, maka anaknya juga akan menjadi baik. Tidak hanya dalam mendidik, orang
tua juga harus memperhatikan acara televisi yang ditonton oleh anak. Anak akan
menyerap begitu saja paa yang dilihatnya di televisi tanpa mencernanya terlebih
dahulu. Itu dikarenakan anak-anak hanya anak-anak yang masih polos belum dapat
membedakan apa yang baik dan yang tidak baik bagi dirinya dan orang sekitarnya.
Tidak hanya sinetron yang tidak mendidik, kartun pun juga. Saat anak menonton
televisi sebaiknya dibimbing juga. Seperti diberikan penjelasan kalau melakukan
hal ini dan itu baik atau tidak baiknya agar dilakukan atau justru dihindari
agar anak-anak tidak menelannya bulat-bulat. Mereka tidak tahu apakah setelah
memukul tangan temannya menggunakan palu maka tangan teman mereka akan menjadi
gepeng seperti di kartun kucing dan tikus atau tidak. Hal-hal seperti itu yang
tidak mendidik harus dihindari.
Sebagian
besar acara televisi di Indonesia memang saya katakan tidak berkualitas karena
tidak mendidik. Namun saya suka dengan kartun kakak beradik yang masih
mendengarkan apa kata neneknya dan berbuat baik pada sesama, itu sangatlah
mendidik. Anak kecil tidak seharusnya menonton acara sinetron yang tayang di
televisi karena mereka belum cukup umur untuk mengerti apa yang ditampilkan. Jika
mereka menonton dan menelannya bulat-bulat, itu hanya akan membuat mereka
dewasa yang belum pada saatnya. Jadi menurut saya sebaiknya orang tua selalu
mengawasi anak ketika menonton tv terutama di malam hari di mana mereka belum
wakutnya tidur.
Tidak
hanya acara televisi, orang-orang di lingkunga sekitar juga dapat
menjadimotivasi bagi tersangka untuk melakukan hal sesadis itu. Setelah saya
telusuri lagi, ternyata tidak hanya kasus kakak beradik ini yang telah membakar
temannya. Namun masih banyak pelajar lainnya yang pernah malakukan hal tersebut
bahkan hingga korban tewas. Saya hanya berharap hal seperti ini jangan sampai
terjadi lagi karena merugikan orang banyak. Generasi selanjutnya seharusnya
lebih baik lagi bukan generasi yang hanya dapat melakukan kriminalitas. Semoga para
orang tua di luar sana sadar akan pentingnya mendidik anak dengan baik dan
mengajarkan nilai-nilai moral serta agama sehingga anak di kemudian harinya
tidak melakukan hal yang seenaknya saja.