Pages

Thursday, January 21, 2016

Tawuran Antar Pelajar Bagian II


Acara awal tahun, orientasi sekolah yang dimana para pelajar baru diwajibkan mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan mengenali sekolah, untuk lebih kenal kawan-kawannya malah cenderung disalah gunakan oleh para senior untuk ajang balas dendam dari apa yang ia terima pada waktu yang sama saat ia menjadi junior, pola-pola yang dipakai cenderung dengan pola militer. Hal inilah yag menyebabkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Pola yang semacam ini terus diturunkan oleh setiap generasi. Agar terhindar dari pola yang berleihan, diperlukan adanya pengawasan dari pihal sekolah dan turunnya langsung pengajar dalam kegiatan ini. Karena kedisiplinan berbeda dengan kekerasan, yang seharusnya menjadi tantangan setiap panitia kegiatan dalam mengemas ide, gagasan acara pada waktu perkenalan sekolah, menjadi sesuatu yang inovatif, dan kreatif.
Ø  Faktor diri remaja itu sendiri
Faktor ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan di sekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tetapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanay mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang atau pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang suka berkelahi, biasanya mereka yang mengalami konflik batin, mudah frustasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yag kuat. Para remaja yang mengalami hal ini akan tergesa-gesa dalam memechkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah frustasi, tidak mudah mengendalikan diri, dan tidak peka terhadap orang-orang di sekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
Ø  Faktor keluarga
Keluarga merupakan tempat dimana pendidikan pertama dari orang tua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan dalam keuarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan jelas berdampak pada anak. Anak ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga kekerasan adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temanya, ia akan menyerahkan dirinya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yag dibangunnya. Selain itu ketidakharmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologi bagi setiap anak terutama pada masa remaja. Jadi disinilah peran orang tua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berperilaku baik.
Ø  Faktor sekolah
Sekolah pertama-tama buka dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya itu. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dan sebagainya) akan menyebabkan siswaya lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya.
Sekolah tidak hanya menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya. Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa mejadi wadah unutuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya di sekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muridnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian baik.
Ø  Faktor lingkungan
Lingungan baik rumah maupun sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian.
Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung munculnya perilaku berkelahi. Seorang remaja yang tinggal di lingkungan rumah yang tidak baik akan menjadi remaja tersebut ikut menjadi remaja yang tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan di pikran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar di sekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
Dampak yang disebabkan karena tawuran pelajar yaitu:
Ø  Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik luka berat, ringan. Bahkan sampai kematian
Ø  Masyarakat sekitar juga dirugikan.
Contohnya: rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga.
Ø  Terganggunya proses belajar mengajar
Ø  Menurunnya moralitas para pelajar
Ø  Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
Berikut ini beberapa solusi untuk mengurangi terjadinya tawuran antar pelajar yaitu:
Ø  Para siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak dapat terselesaikan dengan jalan kekerasan.
Ø  Untuk para pendidik, lakukanlah komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mngajarkan cinta kasih.
Ø  Pengajaran ilmu bela diri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
Ø  Ajarkan ilmu sosial budaya, karena ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.


No comments:

Post a Comment