Acara awal tahun, orientasi sekolah yang dimana para pelajar baru diwajibkan
mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan
mengenali sekolah, untuk lebih kenal kawan-kawannya malah cenderung disalah
gunakan oleh para senior untuk ajang balas dendam dari apa yang ia terima pada
waktu yang sama saat ia menjadi junior, pola-pola yang dipakai cenderung dengan
pola militer. Hal inilah yag menyebabkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Pola
yang semacam ini terus diturunkan oleh setiap generasi. Agar terhindar dari
pola yang berleihan, diperlukan adanya pengawasan dari pihal sekolah dan
turunnya langsung pengajar dalam kegiatan ini. Karena kedisiplinan berbeda
dengan kekerasan, yang seharusnya menjadi tantangan setiap panitia kegiatan
dalam mengemas ide, gagasan acara pada waktu perkenalan sekolah, menjadi sesuatu
yang inovatif, dan kreatif.
Ø Faktor diri remaja itu sendiri
Faktor ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang keliru dalam
menyelesaikan permasalahan di sekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari
luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan
keanekaragaman pandangan ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang
semakin lama semakin bermacam-macam. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan
pada setiap orang. Tetapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang
mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan
dirinya. Mereka biasanay mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah,
menyalahkan orang atau pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih
menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang suka
berkelahi, biasanya mereka yang mengalami konflik batin, mudah frustasi,
memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan
memiliki perasaan rendah diri yag kuat. Para remaja yang mengalami hal ini akan
tergesa-gesa dalam memechkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu
apakah akibat yang ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja
juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah
frustasi, tidak mudah mengendalikan diri, dan tidak peka terhadap orang-orang
di sekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya
ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
Ø Faktor keluarga
Keluarga merupakan tempat dimana pendidikan pertama dari orang tua
diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan dalam
keuarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa
melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Rumah
tangga yang dipenuhi kekerasan jelas berdampak pada anak. Anak ketika meningkat
remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga kekerasan
adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua
yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu
yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik.
Begitu bergabung dengan teman-temanya, ia akan menyerahkan dirinya secara total
terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yag dibangunnya. Selain itu
ketidakharmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan
oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak
menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya
psikologi bagi setiap anak terutama pada masa remaja. Jadi disinilah peran
orang tua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berperilaku baik.
Ø Faktor sekolah
Sekolah pertama-tama buka dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik
siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari
kualitas pengajarannya itu. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak
merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan
yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dan
sebagainya) akan menyebabkan siswaya lebih senang melakukan kegiatan di luar
sekolah bersama teman-temannya.
Sekolah tidak hanya menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga
pandai secara akhlaknya. Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan
diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa mejadi wadah unutuk siswa
menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang
bermutu. Contohnya di sekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang
tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muridnya akhirnya guru
tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru
oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang
pendidik yang memiliki kepribadian baik.
Ø Faktor lingkungan
Lingungan baik rumah maupun sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja,
juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian.
Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan
yang berperilaku buruk dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari
lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung
munculnya perilaku berkelahi. Seorang remaja yang tinggal di lingkungan rumah yang
tidak baik akan menjadi remaja tersebut ikut menjadi remaja yang tidak baik.
Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan di pikran para
remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar di sekitar rumahnya
juga bisa mengakibatkan tawuran.
Dampak yang disebabkan karena tawuran pelajar yaitu:
Ø Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan
menjadi korban. Baik luka berat, ringan. Bahkan sampai kematian
Ø Masyarakat sekitar juga dirugikan.
Contohnya: rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari
batu dan mengenai rumah warga.
Ø Terganggunya proses belajar mengajar
Ø Menurunnya moralitas para pelajar
Ø Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling
menghargai
Berikut ini beberapa solusi untuk mengurangi terjadinya tawuran antar
pelajar yaitu:
Ø Para siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua
permasalahan tidak dapat terselesaikan dengan jalan kekerasan.
Ø Untuk para pendidik, lakukanlah komunikasi dan pendekatan
secara khusus kepada para pelajar untuk mngajarkan cinta kasih.
Ø Pengajaran ilmu bela diri yang mempunyai prinsip penggunaan
untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
Ø Ajarkan ilmu sosial budaya, karena ilmu sosial budaya sangat
bermanfaat untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di
lingkungan masyarakat.
No comments:
Post a Comment