Pages

Sunday, November 16, 2014

Ilmu Budaya Dasar : Manusia dan Pandangan Hidup



A.  Pengertian Pandangan Hidup
Pandangan  hidup  itu bersifat  kodrati. Setiap  manusia pasti  memiliki pandangan  hidup untuk menentukan masa depannya. Pandangan hidup adalah pertimbangan yang dijadikan pedoman hidup seseorang. Pertimbangan tersebut merupakan hasil pemikiran yang dapat diterima oleh akal manusia berdasarkan pengalaman hidup seseorang sehingga diakui kebenarannya. Pandangan  hidup tidak timbul seketika atau  dalam  waktu yang  singkat, melainkan  melalui  proses  waktu yang lama dan  terus menerus,  sehingga hasil  pemikiran tersebut dapat diuji kenyataannya. Atas dasar ini manusia  menerima  hasil pemikiran  itu sebagai pegangan,  pedoman,  arahan,  atau petunjuk yang disebut  pandangan  hidup. Pandangan   hidup  banyak  sekali  macamnya   dan  ragamnya, akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari  3 macam  :
(A)  Pandangan hidup yang berasal dari agama  yaitu  pandangan  hidup yang mutlak kebenarannya
(B) Pandangan  hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang  terdapat  pada  negara  tersebut.
(C)  Pandangan  hidup  hasil  renungan  yaitu pandangan  hidup yang  relatif kebenarannya.

B.  Cita-cita
Menurut   kamus  umum  Bahasa  Indonesia,  yang  disebut  cita-cita  adalah  keinginan, harapan,   tujuan  yang  selalu  ada  dalam  pikiran.  Baik  keinginan,  harapan,  maupun   tujuan merupakan   apa  yang  mau  diperoleh  seseorang  pada  masa  mendatang.   Dengan demikian cita-cita  merupakan  pandangan  masa depan, pandangan  hidup yang akan datang. Pada  umumnya cita-cita merupakan merupakan  keinginan,  harapan,  dan  tujuan  manusia   yang makin  tinggi  tingkatannya. Apabila  cita-cita  itu tidak mungkin  atau belum mungkin  terpenuhi,  maka  cita-cita  itu disebut angan-angan.  Misalnya  seorang anak bercita-cita ingin  menjadi  dokter,  ia belum  sekolah, belum dapat berpikir dengan baik, belum mempunyai kemampuan untuk mencapai cita-cita. Itu baru dalam  taraf  angan-angan. Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang  sebagai ide atau cita-cita  terdapat jarak waktu.
1.      Faktor  manusia  yang mau mencapai  cita-cita  ditentukan  oleh  kualitas  manusianya. Ada orang yang tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupaka khayalan saja. Ada pula anak  yang  dengan  kemauan  keras  ingin  mencapai apa yang  di cita-citakan.
2.      Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita. Sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi  yang  merintangi  tercapainya  suatu cita-cita, 

C.  Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan  kebaikan pada hakekatnya sarna dengan perbuatan  moral, perbuatan  yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika. Manusia berbuat baik karena menurut kodratnya  manusia  itu baik. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik. Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu manusia sebagai  mahluk  pribadi, manusia  sebagai  anggota masyarakat,dan manusia sebagai  mahluk Tuhan. Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal :
1.      Faktor pembawaan yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan  hal yang diturunkan  oleh orang  tua.
2.      Faktor  kedua  yang  menentukan tingkah laku seseorang  adalah  Iingkungan. Lingkungan membentuk  jiwa seseorang meliputi  lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
3.      Faktor ketiga yang menentukan  tingkah laku seseorang  adalah pengalaman yang khas yang pemah diperoleh. Memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum   seseorang mengarnbil tindakan.

D.  Usaha/Perjuangan
Usaha/perjuangan  adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia hams kerja  keras  untuk  kelanjutan  hidupnya. Perjuangan   untuk  hidup,  dan  ini sudah  kodrat  manusia.  Tanpa  usaha/perjuangan,   manusia tidak dapat hidup sempuma.  Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus  kerja keras. Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani,  atau dengan kedua-duanya.  Kerja keras pada dasamya  menghargai dan meningkatkan  harkat dan martabat manusia. Untuk  bekerja  keras manusia  dibatasi oleh kemampuan.  Karena  kemampuan   terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kernakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan   itu  terbatas  pada  fisik dan  keahlian/ketrampilan.   Karena  manusia  itu  mempunyai   rasa  kebersamaan   dan  belas  kasihan  (cinta  kasih) antara sesama manusia. maka ketidakmampuan atau kemampuan  terbatas yang menimbulkan perbedaan   tingkat  kemakmuran   itu  dapat  diatasi  bersama-sama   secara  tolong  menolong, bergotong-royong.

E.   Keyakinan/Kepercayaan
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuaasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran naturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.
     (a)    Aliran  Naturalisme
            Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Tuhan menciptakan alarn semesta lengkap dengan hukum-hukumnya secara mutlak dikuasai Tuhan. Manusia sebagai mahluk tidak mampu menguasai alarn ini, karena manusia itu lemah. Manusia hanya dapat berusaha/berencana tetapi Tuhan yang menentukan. Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaranTuhan yaitu agarna. Ajaran agarna itu ada dua macarn yaitu :
1. Ajaran agarna dogmatis, yang disarnpaikan oleh Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agarna yang dogmatis bersifat mutlak (absolut), terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
2. Ajaran agarna dari pemuka-pemuka agarna, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif.Ajaran agarna dari pemuka-pemuka agarna termasuk kebudayaan, terdapat dalarn buku-buku agarna yang ditulis oleh pemuka-pemuka agarna. Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman.
           (b)  Aliran  intelektualisme 
      Dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan  akal. Dengan akal manusia berpikir.  Mana  yang  benar  menu rut akal  itulah  yang  baik,  walaupun  bertentangan   dengan kekuatan  hati nurani.  Manusia  yakin bahwa dengan kekuatan  pikir (akal) kebajikan  itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi.  Teknologi adalah a1at bantu mencapai kebajikan  yang  maksimal,  walaupun  mungkin  teknologi  memberi  akibat  yang  bertentangan dengan  hati nurani. 
(c)  Aliran  Gabungan
      Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. kekuatan gaib aninya  kelruatan yang berasal  dan  Tuhan,  percaya  adanya Tuhan  sebagai dasar keyakinan.  Sedangkan  aka! adalah dasar kebudayaan,   yang menentukan  benar  tidaknya  sesuato.  Segala  sesuatu  dinilai  dengan akal,  baik sebagai  logika  berpikir  maupun  sebagai  rasa (hati nurani).  Jadi,  apa yang benac menurut  logika  berpikir juga  dapat diterima  oleh hati nurani.

F.   Berpandangan Hidup yang Baik
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukaan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya. Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya rnernpunyai langkah-langkah berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan rnernpunyai langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan  baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :

(1)   Mengenal
Mengenal merupakan tahap pertarna dari setiap aktivitas hidupnya. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa sctiap manusia itu pasti rnernpunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak rnanusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu bel urn turun ke dunia. Adam dan hawalah dalam hal ini yang merupakan manusia pertama, dan berarti pula mereka rnernpunyai  pandangan hidup yang digunakan sebagai pedoman dan yang rnernberi petunjuk kepada mereka.
(2)  Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan   mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Mengerti  terhadap pandangan  hidup di sini memegang  peranan penting. Karena dengan mengerti,  ada kecenderungan   mengikuti  apa yang terdapat  dalam  pandangan  hidup  itu.
(3)  Menghayati
Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalanmya, yaitu  dengan  memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai  pandangan  hidup itu sendiri. Langkah-langkah   yang  dapat  ditempuh  dalam  rangka  menghayati  ini, menganalisa hal-hal  yang  berhubungan  dengan  pandangan  hidup,  bertanya  kepada  orang  yang  dianggap lebih tabu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan hidup itu  sendiri. Jadi dengan menghayati  pandangan hid up kita akan memperoleh  mengenai kebenaran  tentang  pandangan  hidup  itu sendiri.
 (4)  Meyakini
Meyakini merupakan  suatu hal untuk cenderung  memperoleh  suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya. Dengan  meyakini   berarti   secara  langsung   ada  penerimaan yang  ikhlas   terhadap pandangan   hidup  itu.  Adanya  sikap  menerima  secara  ikhlas  ini maka  ada  kecenderungan untuk selalu berpedoman kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindak tanduknya selalu dipengaruhi oleh pandangan hidup yang diyakininya.
(5.)    Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akherat.
(6) Mengamankan
Proses  mengamankan ini merupakan langkah terakhir. Langkah yang  terakhir  ini merupakan  langkah  terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup  itu.


 Daftar Pustaka

Nugroho,Widyo.,Achmad Muchji(1996).Ilmu BudayaDasar,Jakarta:Gunadarma.

No comments:

Post a Comment